Esaunggul.ac.id, Ngomongin masalah cinta mungkin tidak akan ada habisnya, apalagi percintaan anak muda yang penuh romansa dan drama, di setiap era, istilah percintaan banyak sekali terdengar dan melekat ditelinga kita. Akhir-akhir ini tentunya kita pernah mendengar dengan istilah BUCIN atau Budak Cinta.
Hmmm…. sebetulnya apa sih bucin ini?, dalam KBBI kata Bucin sendiri tidak bisa ditemukan, karena kata ini termasuk bahasa prokem, yang berarti bahasa sandi, digunakan dan digemari oleh kalangan remaja. Bahasa prokem pun dipakai untuk berkomunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun waktu yang telah ditentukan (menurut laman Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan).
Sementara itu, banyak pertanyaan yang timbul, kenapa seseorang bisa Bucin? hal ini dijawab oleh Dekan Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Dra. Sulis Mariyanti, M.Si, Psi, menurut Sulis, sesorang mengalami kebucinan dikarenakan saat menjalin cinta maka akan dilepaskan Hormone Oksitosin diotaknya hormon ini yang menguatkan ikatan secara psikologis dan menguatkan kepercayaan yang tetap ada pada seseorang, sehingga ikatan emosional yang dibangun akan sangat kuat sekali.
” Disamping itu, seseorang mengalami kebucinan akut juga dikarenakan dilepaskannya hormone Vasopressin dimana hormon anti diuretik ini sering dihubungkan dengan ikatan yang monogami sifatnya,” terang sulis.
Sulis pun melanjutkan Oksitosin dan Vasopressin akan menekan jumlah dopamin dan ephineprin, sehingga dapat diterangkan mengapa “passionate love” terdisrupsi oleh perkembangan “attachment” (rasa yang dalam untuk Bersatu dalam jangka waktu yang Panjang) atau keterikatan.
“Nah, dari proses tersebut kita jadi mengerti perilaku yang irasional dari para Bucin ini yang dijelaskan secara rasional, hal ini menyangkut Hormon Oksitosin dan Vasopressin ini digelontorkan secara berlebihan,” ujarnya.
Sementara itu, Sulis mengatakan jika hubungan di antara dua orang yang tidak berkembang ke tahap “attachment”, hal ini lebih dikarenakan kedua Hormon (Oksitosin dan Vasopressin )mengalami hambatan.
“Jika seorang pasangan kekurangan dua hormon tersebut maka tidak akan mengalami prilaku Bucin dan hanya berhenti di passionate love saja dan he he he tentunya tidak monogami sssttt…. mungkin bisa jadi poligami dong ya,hehe,” ujarnya.
BUCIN itu Pilihan
Sulis pun menerangkan pelepasan dari Hormon-hormon Oksitosin dan Vasopressin ketika berpasangan tidak menentu dan subjektif (tergantung pribadi masing-masing pasangan).
“Jadi mau jadi bucin atau enggakk itu soal pilihan, he he he he he Alloh menganungerahkan otak pada kita untuk memutuskannya menyerah pada proses kimiawi didalamnya atau tetap ngandelin frontal korteks dengan menjaga rasionalitas itu sebuah pilihan,” ucapnya.
Dirinya pun berpesan dalam berpasangan yang tepat adalah ditengah-tengah yakni mampu memposisikan pasangan sewajarnya dan tidak berlebihan. Sulis pun mengatakan hal itu memang tidak mudah, namun jika mampu mengatur dengan menjaga keseimbangan rasionalitas disisi lain memberikan peluang pada proses kimia biologis untuk berkembang ke arah yang lebih matang tentunya.
“Memang tidak semudah berbicara hal ini di ruang kuliah, atau baca buku teoritis, orang yang baru diputusin pacarnya merasa dunianya runtuh, Baginya dunia itu ya seluas dalam selembar daun kelor, ketika diutarakan kan dunia itu luas, Dunia tak selebar daun kelor, bagi orang yang sudah mabuk oksitosin dan vasopressin nggakk berlaku dunia baginya ya selebar daun kelor itu,” tutupnya.